KALENDER KEGIATAN HAM FESTIVAL 2014



xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo
xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
ooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo

Rabu, 09 Juni 2010

Rabies

RABIES ADALAH PENYAKIT MENULAR YANG PERLU DIWASPADAI

drh. C. Koesharjono (YD2WUU), disalin dan diedit oleh YB1HN

Foto ttg penulis1

Penyakit Rabies merupakan penyakit zoonosis yang memiliki angka kematian hampir 100%.

Rabies, atau yang sering disebut penyakit anjing gila merupakan penyakit infeksi akut dari susunan syaraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Virus tersebut dapat menyerang semua hewan berdarah panas (mamalia) dan juga manusia.

Berbeda dengan penyakit menular lainnya, penyakit ini memiliki masa inkubasi yang bervariasi, yaitu antara 2 minggu-6 bulan, dan lama sakitnya relatif pendek. Dari hasil pengamatan kasus rabies pada manusia di Indonesia, masa sakit yang paling pendek adalah 2 hari, sedangkan yang paling panjang adalah 12 hari. Di Indonesia hewan anjing merupakan sumber penularan utama dari penyakit rabies.

Gejala klinis yang menyolok pada anjing ialah adanya keganasan, dimana anjing tersebut menyerang semua makhluk yang dijumpainya dan memakan benda-benda asing seperti batu, kayu, dan sebagainya. Sedangkan pada manusia, gejala-gejala klinis yang dapat diamati adalah: takut terhadap air (hydrophobia), takut terhadap sinar (photophobia), takut terhadap aliran udara (aerophobia), dan takut terhadap suara. Selain itu kejang-kejang dan kelumpuhan juga dapat dilihat pada saat sebelum meninggal.

Cara pencegahan kematian manusia karena infeksi virus rabies atau yang sering disebut Pasteur Treatment dilakukan dengan memberikan suntikan vaksin anti rabies atau kombinasi vaksin dan serum anti rabies. Di Indonesia, Pasteur Treatment baru dilakukan pada tanggal 18 Mei 1895, yaitu 1 tahun setelah ditemukan kasus rabies pada manusia yang pertama di Indonesia (provinsi Jawa Barat).

Pencegahan rabies pada manusia akan berhasil bila penderita belum sampai menunjukkan gejala-gejala klinis, seperti: kejang-kejang, hydrophobia, photophobia, aerophobia, sulit menelan, dan gejala-gejala kelumpuhan. Adapun 3 prinsip pencegahan rabies yang perlu dilakukan untuk mencegah kematian manusia yaitu:

  1. Mengurangi dosis virus rabies yang masuk melalui luka gigitan, dengan mencuci luka dengan air mengalir dan sabun/detergen selama ± 10-15 menit. Pencucian luka ini sebaiknya dilakukan secepatnya setelah digigit hewan penular rabies (anjing, kucing, dan hewan liar).
  2. Memberikan zat kebal (neutralizing antibody) yang tinggi dalam waktu cepat, yaitu dengan memberikan suntikan serum anti rabies.
  3. Memberikan zat kebal yang tinggi dan tahan lama, yaitu dengan memberikan suntikan vaksin anti rabies.

Apabila ketiga tindakan tersebut dilakukan, maka kematian manusia akibat rabies dapat dihindari.

Mengapa ketiga tindakan tersebut dapat menyelamatkan manusia? Karena mencuci luka gigitan dengan air mengalir dan sabun/detergen dapat melarutkan envelope dari virus rabies yang berupa lemak, sehingga dapat mematikan virus rabies yang berada di luka gigitan. Dengan demikian, jumlah virus yang ada di luka gigitan dapat berkurang, dan masa inkubasinya dapat menjadi lebih panjang.

Perjalanan virus rabies dari luka gigitan menuju ke susunan syaraf pusat (otak) tidak melalui aliran darah, melainkan melalui jaringan syaraf. Menurut penelitian yang dilakukan di luar negeri, kecepatan perjalanan virus dari luka gigitan menuju otak adalah 10 mm/jam Lambatnya perjalanan virus rabies dari luka gigitan menuju ke otak melalui jaringan syaraf , merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan suntikan vaksin anti rabies kepada penderita gigitan hewan agar zat anti body dapat terbentuk didalam tubuhnya. Pemberian suntikan vaksin anti rabies ini dapat menimbulkan kekebalan sampai 1 tahun lamanya.

Tindakan kedua adalah pemberian zat kebal yang tinggi dalam waktu yang singkat, yaitu dengan memberikan suntikan serum anti rabies. Serum yang digunakan Equine Rabies Immunoglobulin (ERIG), yaitu serum anti rabies yang dibuat dari serum kuda yang telah diberi suntikan vaksin anti rabies. Dahulu serum tersebut diproduksi oleh Perum Biofarma, Bandung (dahulu Institut Pasteur) akan tetapi Pasteur Meriuex dari Perancis memproduksi serum yang sama. Berhubung serum tersebut merupakan serum heterolog, (berasal dari kuda) sebelum dilakukan penyuntikan pada manusia, harus dilakukan skin test terlebih dahulu. Bila skin test menunjukkan hasil positif, maka penggunaan ERIG disarankan diganti dengan serum anti rabies yang dibuat dari serum manusia (Human Anti Rabies Immunoglobulin/HRIG). HRIG ini belum dapat diproduksi di Indonesia, dan masih diimpor dari Pasteur Merieux, Perancis. Pemberian HRIG tidak perlu dilakukan skin test terlebih dahulu, karena serum ini merupakan serum homolog. Sayang sekali pada waktu sekarang HRIG juga susah didapat.

Memberikan zat kebal yang tinggi dan tahan lama yaitu dengan menyuntikkan vaksin anti rabies kepada penderita gigitan hewan. Vaksin anti rabies tadi akan menggertak tubuh untuk membuat zat kebal terhadap infeksi virus rabies. Vaksin anti rabies yang bagus dengan pemberian suntikan yang benar dapat menimbulkan zat kebal yang dapat bertahan kurang lebih 1 tahun.

Mengingat daerah rabies di Indonesia makin meluas, maka untuk menurunkan angka kematian pada manusia karena rabies, masyarakat harus diberi pendidikan kesehatan (Health Education) tentang penyakit anjing gila tadi dan cara-cara pencegahannya, disamping memberikan perhatian kepada anjing, kucing, piaraannya untuk diberikan suntikan vaksin anti rabies secara teratur.

0 komentar:

Posting Komentar

yc2www